Kamis, 29 April 2010

pengendalian hama kelapa sawit

Hama, Penyakit Dan Gulma
Pengendalian organisme penggu tanaman di anjurkan menggunakan pengendalian hama
Terpadu (PHT) yaitu penendalian memanfaatkan jasa musuh alami, pengrendalin manual dan inteksida yang ramah lingkungan.
Hal ini sesuwai dengan UU No.12 thn 1992 sesuai dengan budidaya tanaman terkait dengan penendalian hama, penyakit dan gulma harus berdasarkan dengan monitoring
Inteksida bersetekterum luas yang dapat membunuh organisme haya di gunakan keadan terpaksa (terjadi aoutberek) dan sebagi pilihan terahir atau sesat keadan musuh alami tidak berperan secara efektif.
Setertegi kebijakan pengendalian terdepan harus memenuhi peraratan
a. dapat melestarikan keseimbangan musuh alami yang berdampak positif terhadap lingkungan .
b. dapat mempertahankan potensi peroduksi secara kualitas dan kuantitas.

HAMA

Hama di Bibitan Dan Pengendalianya

Kumbang pemakan daun
Merupakan serangga hama dan kias serangga kumbang ini aktif memakan daun bibit kelapa sawit pada malam hari.
Cara pengendalian dengan melakukan penyemperotan dengan inteksida inteksida piroteroit sintetik seperti , sepermeterin, delterameterin lamada sihalmoterin dan betasifuterim penyemperotan di lakukan dengan kanapsack seprayer dengan konsenterasi 3 cc perliter air dan volume semperot 25s/d 100 larutan perbibit ( tergantung umur bibit)
Penyemperotran di lakukan mulai 17.00 – 19.00.

Belalang
Belalang merupakan serangga hama dari ordo ortopetera jenis belalang yang sering di juimpai adalah valangan nigrikomis dengan cara memakan daun bibit.
Cara Pengendalian :
Pengendalian di lakukan dengan penyemperotan inteksida pirenstoroik sintetik seperti sipermeterin, delterameterin, labda sihameteroin dan batesifluterin secara merata di seluruh tanaman dengan konsenterasi 3cc inteksida per liter air.

Tengu Merah ( Red Sepider Mite)
Termasuk tetranycius pipercei , dengan nama umum tengu merah , warna kuning kemerah- merahan, berkembang dengan cepat terutama pada musim kering.
Kutu tanaman ini mengisap cairan pada bawah daun yang masih muda. Apabila terjadi serangan berat, warna daun akan berwarna daun akan terlihat seperti defisiensi Mg ( kuning –orange) dan dau melengkung ke bawah, pertumbuhan bibit melemah dan mengkerdil seingga sangat peka terhadap infeksi terhadap jenis penyakit. Pada tahap serangan penyakit bibit akan mati.
Pengendalian di lakukan dengan penyemperotan dimetotat 40% konsenterasi 1cc per liter air yang di campur dengan surfakat , penyemperotan di lakukan pada bagian bawah daun. Rotasi 2 minggu sekali.

Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit ( UPDKS)
Apabila terjadi serangan ulat, dapat di lakukan manual maupun kimia pengendalin di lakukan butiran.

Tikus
Tindakan yang di lakukan pada serangan tikus di bibitan dengan melakukan umpan racun yang di serang dan di lakukan pada bagtian jalur masuk tikus ke bibitan.

Hama di TBM dan TM Serta Pengendalianya


Kumbang pemakan daun ( Apogonia expeditionis dan Adoretus Comperesus )
Umumnya menyerang di bibitan , namun serangan ini terjadi pada areal TBMyang baru di tanam. Penyemperotan di lakukan menjelang malam (17.00-19.00) jika menggunakn pestisida kontak .
Berapa pestisida kontak yang di gunakan antara lain sipermeterin delteramererin
Dan labda sihaloterin dengan cara sebagi berikut :

Sensus Dan pengendalian secara Manual
Sensus populasi kumbang dan / atau kerusakan pada TBMdan TM (yang bias terjangkau tangan petugas ) di areal reapleanting di lakukan secara menyeluruh, bersamaan dengan pelaksan secara manual ( Winkling). Kegiatan inimdio lakukan seminggau sekali. Tenaga sensus atau petugas pengendalian manual di lengkapi alat pengait jari sepeda (atau sejenis dengan ukuran serupa ) yang di bengkokan dan di runcingkan pada bagian ujungnya untuk mengait kumbang dari lubang gerak , kemudian membunuhnya , jumlah kumbang dan kerusakan baru ysng di jumpsi di catat.

Tindakan Pencegahan
Pencegahan di lakukan dengan menghilangkan tumpuhan bahan organik seperti : batang kayu, kelapa kelapa sawit dan karet yang sudah mati. Fiber serta tandan kosong kelapa sawit agar tidak di jadikan sebagi tempat perkembang biakan O. rihnocaros.

Pengendalian Di lapangan
a. jika jumlah kumbang atau kerusakan baru < 5 per ha maka pengendalian manual tetap di lanjutkan minggu selajutnya.
b. Pada tanaman yang terserang dan kondisi pucuk mongering, seranggga di lakukan pembuangan pucuk dan pelepah lain yang rusak , agar sinar matahari langsung mengenai serangan untuk menghambat serangan pathogen sekunder.
c. Jika poulasi kumbang /atau kerusakan baru 5 kurang dari per ha, maka di lakukan pengendalian dengan inteksida dan fromon dari, sampai populasi kumbang dan kerusakan baru tersebut < 5 per ha.

a.Inteksida yang di gunakan adalah : korbosulpan dosis 5 gr peroduk per pohon per 2 minggu di taburkan ketika daun atau sepermeterin konsenterasi 2% sebanyak 100cc perbohon di semperotkan dengan knapsack saprayer mulai dari pucuk sampai dua pelapah di bawahnya , pada areal yang masih bias terjangkau petugas aplikasi karbonsulfan harus menggunakan sarung tangan karet dan masker.
b. Aflikasi feromon di lakukan dengan menggantungkan satu sachet berisi feromon 1 ml yang akan habis dalam waktu kurang lebih 2 bulan (slow releasae) pada perangkap.
Perangkap dapat berupa ember yang tutupnya yang sudah di kasi lubang diameter 5cm sebanyak 5 buah dan di pasang lembaran seng secara menyilang (seperti huruf X) di bagian atas ember . untuk memecah genangan air hujan di dalam ember. Maka dsi buat lubang kecil-kecil pada dasar ember, ember yang berisi feromon tersebut (feroterap) di gantung pada tiang bamboo atau kayu dengan ketinggian 2,5 m untuk pengendalian kurang lebih 5 ha . setiap 2 hari sekali di lakukan penghitungan jumlah kumbang yang terperangkap dan selajutkan di musnakan.

Hama Pemakan Akar
Hama pemakan akar terdiri atas kumbang pemakan akar (ordocolopetera famili ellatiridae) serta ulat penggerak akar sefetula sunidelalisis dan s palmivore (ordo lopidopetera , famili pyradilae) di temukan di kebun riau , terutama di kebun gambut.
Larva dari hama ini memakan hama kelapa sawit . belum di temukan mitode yang tepat untuk mengendalikan hama tersebut upaya yang di lakukan masih dalam penelitian.
Belalang
Penjelasan lihat butiran 6,1,1,2.
Tidakan yang di lakukan di lapangan lihat lihat butiran 6.1.2.1.
Rayap.
Merupakan serangga hama dari ordo isoptera , terutam menyerang di lahan gambut . beberapa rayap yang penting.
a. coptotermes curvignathus, merupakn hama yang utama karena kasta pekerjanya mampu merusak jaringan mati dan jaringan hidup tanaman.
b. Macrotermes gilvus , bukan merupakan hama yang utam karena kasta pekerjanya hanya memakan jaringan mati . rayap ini akan merugikan jaringan tanaman jika koloninya membuat sarang di daerang batang kelapa sawit karena dapat mengakibatkan kelapa sawit menjadi miring dan ahirnya tumbang . jika pembentukan sarangg oleh kolonia berada di gawang maka rayap 8ni tidak membahayakan.
Cara mengendalikan :
a. di lakukan sensus pada areal dan di beri tanda
b. pelaksanan sensus sekaligus dengan aplikasi termisida fekuensi sensus di atur berdasarkan jumlah serangan rayap dan jenis tanahnya.
Pada lahan gambut :
- serangan >4 per ha rotasi setiap 1 bulan
- serangan < 4 per ha rotasi setiap 2 bulan
pada tanah mineral sensus dii lakukan apabila terjadi serangan
c. Pada pohon yang terserang, aplikasi menggunakan mitode barrier yaitu dengan cara menyemperot dan menyiram secara merata pada pangkal batang dan piringan tererang
- piringan di semperot pada radius 50 cm dan pada pangkaql batang sampai ketinggian 50 cm dari tanah .
termisida anjuran :
- Fopronil 50 g/l , konsenterasi 3-5 cc per liter air .
- Volume apikasi sekitar 2 liter larutan termisida per pohon
d. pohon yang di aplikasi di beri tanda silang dengan cat dandi catat pada lembar formuli sensus untuk memudahkan evaluasi dan pentuan rotasi sensus.

Ulat Penggerak Buah
Hama ini umumnya menyerang pada awal TM yang tidak di lakukan kasterasi dan sanitasi sesuwai setandar. Hama ini menyerang bunga dan buah muda sampai mencapi inti.
Siklus hidupnya 1 bulan , terdiri dari setandar telur 4 hari ulat 16 hari (5 instar ) dan kepompong 10 hari , telur di letakan pada tandan bunga jantan dan betina . kupu –kupu berwarna coklat dank e hijauan
Pada serangan berat pengendalian dapat di lakukan dengan menyemperotkan inteksida delterametrin , lambda sihalloterin , sipermeterin dan inteksida biologis berbahan aktif bacillus thuringinensis dengan konsenterasi 3 cc per liter air . volume semperot sekitar 0,50 -0,75 liter larutan per tandan . jika serangan belum terlalu berat dan belum luas maka lebih di sarankan menggunakn intektisida biologis. Penggunakan inteksida kimia dsintetik hanya di lakukan dalam keadan terpaksa dan sebagi pilihan yang terahir.

Deteksi UPDKS
Pada areal non endemik, di lakukan deteksi yaitu :
a. pada pengamatan awal mematau UPDKS sejak dini
b. setiap devisi harus mempunyai petugas monitoring dan pengendalian hama secara tetap sebayak 2 orang yang juga dapat melakukan pengambilan contoh daun SEMARTRI secara rutin di melakukan pelatihan kepada petugas lapangan tersebut .
c. pengamatan di lakukan pada barisan 3 atau 10 di gilir setiap periode pengamatan dan setiap 13 baris berikutnya pada pohon yang di amati di pilih satu daun yang terserang paling berat berdasarkan kerusakan daunya

. umur tanaman < 7 tahun pengamatan di lakukan setiap satu selang 5 pohon
. umur tanam kurang dari atau sama dengan 7 tahun pengamatan di lakukan setiap 15 pohon

d. deteksi di lakukan secara teratur 2 bulan sekali jika keberadan UPDKS di bawa batas keritis paling bawah
e. apabila rerata populasi pada selang batas keritis , maka di lakukan batas evaluasi untuk mengetahui musuh alami seingga dapat di tentukan tindak lanjut seperti diteksi rutin atau sensus segera konsultasikan dengan SEMARTRI
f. apabila rerata populasi di atas selang batas keritis maka harus di lakukan sensus


Kegiatan Sensus UPDKS
Pada areal aedemik ( areal yang telah mengalami serangan UPDKS setiap tahun ) , tidak di lakukan deteksi tetapi langsung di lakukan sensus

a. sensus populasi serangan
sesnsus di lakukan apabila :
- hasil deteksi populasi ulat rerata pada selang batas keritis namun aktifitas musuh alami sangat rendah.
- Hasil deteksi menujukan populasi ulat rerata di atas serangan batas keritis keritis
- Hasil deteksi menujukan adanya serangan secara seporadi di atas serangan batas keritis
. Bila serangan seporadis , titik fokus di tunjukan pada serangan seporadis , tapi pola serangan merata (peledakan serangan ) titek sensus di pilih secara sintesis dan di pilih setiap 13 baris tanaman mulai baris ke 3
. Pengamatan di lakukan pada 1 pohon di sekitar titik sensus pada pohon sempel tersebut di ambil 1 pelepah sempel dengan tingkat serangan terberat . posisi pelepah sempel di tentukan berdasarkan jenis UPDKS (mengacuh pada hasil deteksi ).
- pelepah daun di atas di pilih dari pelepah 9 sampai 25 untuk jinis UPDKS : S. asigna, S. nitenis, T. bisura , T. vitusta dan S. pallida.
- Pelepah dau bawah di pilih dari pelepah > 25 untuk jenis UPDKS : D. terima , P. didukta , P. beradleyi , M . corbetti , M . pelana dan C . pendula.
. Perhitungan larva di lakukan sebagi berikut :
- 1 sisi daun populasi < 30 ekor , larva di hitung pada semua anak daun
- 1 sisi daun populasi > 30-50 ekor ,jumlah larva pada sisi tersebut di kali 2.
- 1 daun populasi > 50 ekor , di hitung setiap 10 anak daun pada kedua sisi di kali 10.
Pengamatan keberadan musuh alami
. pada pelepah sempel tersebut juga di lakukan analisa terhada telur dan larva UPDKS untuk mengevaluasi serangan dan mortalitas secara alami yang di sebabkan peredator , parasit dan etomopatogen.
- hasil sensus dan keberadan musuh alami di gunakan untuk mentukan tindakan yang akan di lakukan berdasarkan kereteria setandar.
Pengendalian UPDKS
a. pengendalian secara biologis
beberapa jenis musuh alami UPDKS yang banyak di temukan
. peredator sykanus lekumesus, kususnya furcllata dan callemerus arcufer
. Parasetoid : parasitoid telur seperti terikhokparametodoe thosae
. Etomopatogen :
- bakteri : bacillus thringenesis
- jamur : cordyceps militaris dan beaveria basisiana
- virus : B noudatoria multipele nuclear polyhidrosis virus
peredator dan parasitoid dapat berkembang baik apabila lingkunganya mendukung , misalnya memelihara dan melestarikan tanaman yang berguna bangi musuh alami tersebut (lihat butiran 6.3.5)
ulat yang terkena virus di kutip dan di hancurkan dan cairanya di semperotkan lagi ke lapangan untuk pengendalian UPDKS , jika tidak ada serangan UPDKS maka ulat yang mati karena virus tersebut dapat di simpan di dalam freezer denmgan suhu 18 derajat celcius sampai sekitar 10 tahun . sebelum di masukan ke dalam freezer , maka ulat bervirus tersebut harus di timbang kemudian setiap 1atau 2 kg ulat bervirus di masukan kedalam kantong berpelastik dan di ikat dengan karet gelang. Pemisahan dalam kantong pelastik untuk memudahkan perhitunggan untuk pengendalian UPDKS dan untuk menghindari kerusakan virus akibat keluar masuk freezer berulang kali
Dosis bakteri , apabila menggunakan bacillus thorogenesis maka dosis yang di gunakan adalah 500 per liter per ha areal , perhitungan konsenterasi dan pelaksanaan di lapangan sama seperti pada tabel 6.1.2.7.3 penggunaan bakteri dapat di lakukan secara evektif dari
Yang kecil sampai yang sedang